Kamis, 03 Mei 2012

Ini Alasan Remaja Dunia Kecanduan K-Pop


Sebelum boy band terkenal Super Junior (Suju) datang ke Indonesia, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang telah mengenal k-pop. K-pop merupakan sebutan untuk berbagai jenis musik yang datangnya dari Korea Selatan.

Jenis musik yang ditawarkan bermacam-macam, mulai dari pop, dance, elctropop, hip-hop, rock, R&B, juga electronic. Berawal dari musik dan film, menyebarnya demam kebudayaan Korea Selatan di seluruh dunia ini dikenal dengan sebutan Hallyu.

Pecinta atau penyuka musik K-pop, biasa di sebut K-popers atau K-pop lovers. Meskipun awalnya K-pop hanya ditujukan untuk pasar Asia, lama kelamaan musik ini malah mendunia.

Bahkan kiprah beberapa grup penyanyi papan atas dari negeri Ginseng seperti Super Junior, SNSD, Big Bang, Wonder Girls, dan 2NE1 telah sampai ke daratan Eropa.

Jika awalnya sedikit orang yang berani mengakui suka mendengarkan lagu-lagu Korea, kini tidak sedikit orang yang bahkan menggunakan kata-kata berbahasa Korea dasar, yang bisa didapatkan dari mendengarkan lagu korea maupun melihat drama korea.

Saat ini, dengan mudah kita bisa menemui remaja banyak menggunakan kata-kata seperti oppa-panggilan adik perempuan untuk kakak laki-laki, omo-ungkapan kasihan atau kekagetan yang biasa diucapkan oleh orang Korea, gomawo-ucapan terimakasih kepada sesama teman, ataupun annyeonghaseyo-sapaan seperti halo atau hai.


Berikut adalah sejumlah alasan yang membuat remaja dunia menyukai K-Pop:

* Musik Korea menawarkan aliran musik yang baru. Selain itu setiap beberapa bulan, perusahaan yang menangani boy band mengubah konsep bermusik dalam setiap album baru yang akan dikeluarkan.

* Musik yang telah diusung boy/girl band Korea di awal pengenalannya, juga bisa diubah tiba-tiba. Musik K-pop cenderung berani mengubah jenis musik pada debut album berikutnya tanpa banyak melewati hal yang rumit.

* Tidak seperti lirik lagu yang ditawarkan dari industri musik Barat yang banyak menceritakan mengenai seks dan gaya hidup kebarat-baratan, lirik lagu dalam musik k-pop masih cenderung sopan dan masih berisi mengenai janji dan kesetiaan, juga hal-hal yang berbau persahabatan.

* Dari segi make-up atau dandanan, tampilan wajah orang Asia yang umumnya bermata sipit, bisa ditampilkan dengan imaje/mata besar menjadi hal baru yang menyenangkan untuk dilihat.

* Di bidang fesyen atau gaya berpakaian, gaya berpakaian penyanyi Korea Selatan ini menawarkan gaya berpakaian yang unik. Tidak seperti gaya Harajuku yang terkenal di Jepang, namun tidak bisa diterapkan di Indonesia. Gaya Harajuku dari Jepang, cenderung terlalu ekstrim dan masih tidak wajar untuk di gunakan di Indonesia. Sedangkan gaya berpakaian yang dibawa dari negeri Ginseng, meskipun cenderung menggunakan pakaian berlapis, namun jauh lebih feminim dan inovatif.

* Musik k-pop juga umumnya menampilkan tarian yang rapih dan inovatif yang bisa diikuti. Sehingga tidak sedikit dari boy/girlband memiliki kekhasan tarian masing-masing. Contohnya tarian dalam lagu milik Super Junior berjudul ‘Sori-Sori,’ lagu milik f(x) berjudul ‘Nu ABO,’ dan lagu ‘Run Devil Run’ milik SNSD.

* Tidak hanya mengandalkan tampang ganteng dan cantik, artis-artis k-pop umumnya melewati waktu yang panjang, yang memang telah dipersiapkan sejak muda untuk menerima kesuksesannya saat ini.

* Karena memang dipilih untuk dipersiapkan jadi bintang, tidak heran penyanyi maupun bintang k-pop dibekali dengan berbagai macam keterampilan yang bisa mendukung karir masa depannya. Tidak heran mereka menjadi arti dengan banyak bakat.

* Selebihnya, tampilan wajah yang cantik dan ganteng bak manekin juga tidak terlepas dari kontribusi besar, yang menyebabkan k-pop sangat disukai. Terlepas dari hasil operasi plastik yang banyak dilekatkan dengan orang terkenal di Korea Selatan.

Sehingga tidak heran jika semua hal yang berhubungan dengan hallyu hari ini, sering kali menjadi trending topic pembicaraan di berbagai media sosial. Tidak hanya di tanah air tapi juga di seluruh dunia. Selebihnya, kesukaan terhadap aliran musik tertentu kembali kepada selera masing-masing orang. Apakah Anda salah satu pecinta k-pop?

Sumber: Republika.co.id

Ups, Terumbu Ternyata Bisa Gerah Loh...




Peneliti kelautan dari WHOI, Kristopher Karnauskas, mengatakan terumbu karang di kawasan ekuator Pasifik mengalami kegerahan. Beberapa kelompok terumbu karang memilih pindah ke beberapa pulau kecil yang sejuk.

"Pulau-pulau kecil di tengah lautan membantu terumbu karang mengatasi penurunan populasi akibat pemanasan global," ujar dia, "ini konsep yang indah."

Pemanasan global berdampak pada terumbu karang yang hidup di dasar lautan. Penelitian terbaru oleh Woods Hole Oceanographic Institution menunjukkan sebagian binatang ini memilih mengungsi.

Ketepatan ramalan Karnauskas bisa diuji pada salah satu daerah di tengah Samudra Pasifik. Kepulauan Gilbert di Kiribati, daerah yang dimaksud, merupakan daerah dengan kenaikan suhu yang relatif rendah dibandingkan tempat lain. Akibatnya, organisme seperti alga memilih pindah ke tempat sejuk ini. Terumbu karang mengikuti jejak alga. Kedua organisme ini bersimbiosis satu sama lain.

Uniknya, pengungsi bawah laut ini menempati lokasi kuburan terumbu karang yang mati akibat pemanasan global. "Seperti kolonisasi ulang daerah yang telah hancur," kata dia.

Terumbu karang merupakan binatang yang menjadi habitat tumbuhan kecil dan alga. Proses fotosintesis organisme penumpang ini menjadi sumber energi bagi terumbu karang. Ketika air laut berubah menjadi panas, terumbu karang akan melepaskan tumbuhan kecil dan alga. Proses ini disebut pemutihan (bleaching).

Republik Kiribati berada di daerah yang dilewati oleh arus bawah laut ekuatorial yang mengalir dari timur ke barat. Perhitungan oleh WHOI memperlihatkan bahwa pemanasan global menguatkan arus ini hingga 14 persen. Saat menghantam pulau, arus bawah laut menyeruak ke permukaan.

Lokasi kenaikan arus laut menjadi habitat yang nyaman bagi terumbu karang. "Tingkat kenaikan air laut mencapai 50 persen," ujar Karnauskas. Penelitian mengenai migrasi terumbu karang ini terbit di jurnal Nature Climate Change pada 30 April lalu.

Sumber: Tempo.co