Dalam salah satu seloroh, ada yang menyebut grup band Discus itu lebih condong memainkan 'musik kehendak'. Selorohan itu merujuk karena musikalisasi yang dibawakan Discus lebih memilih bermain di luar ranah arus utama industri musik di negeri ini.
Tapi berbekal dengan musik semacam itu, pamor Discus justru lebih mentereng di luar negeri. Grup yang didalamnya memadukan unsur-unsur musik rock, jazz, klasik, metal, dan musik tradisional Indonesia itu ternyata memiliki penggemar di benua Eropa hingga Amerika. Kalaupun manggung, Discus tidak tampil secara terbatas di hadapan pelajar Indonesia yang merantau ataupun para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ada di luar negeri.
Ya, Discus telah membuat relung penggemar lintas batas negara. Tapi kini, Discus seperti tengah menghadapi dilema. Iwan Hasan yang menjadi salah satu motor penggeraknya telah mengikrarkan diri untuk hengkang dari Discus. ''Saya sudah memutuskan keluar dari Discus,'' kata Iwan ketika ditemui pada peluncuran proyek terbarunya yang bertajuk Atmosfera.
Ia merasa memiliki beban psikologis jika harus bertahan di Discus. ''Saya mundur karena (Anto) Praboe sudah almarhum meninggal dunia. Jadi saya merasa musik seperti itu sudah berat dan ini buat saya adalah masalah psikologis,'' ujarnya.
Lantas adakah Iwan Hasan menjadi berpatah arang untuk terus berkarya? Oh tentu tidak, jika mengutip tagline sebuah produk makanan, untuk menggambarkan semangat Iwan untuk selalu berkarya. Iwan bersama sahabatnya di Discus, Fadhil Indra, mencoba menerjemahkan misi Discus yang lebih 'membumi'. Jika Discus dahulu banyak berorientasi ke luar negeri, maka proyek bernama Atmosfera ini ditujukannya untuk berkompromi terhadap selera industri.
Di dalam Atmosfera ini, Iwan (keyboard,gitar) bergandengan dengan Terry Manuputty (bass), Earl Pramudji (gitar) dan Fitra (vokal). Sementara Fadhil yang selama ini banyak berperan sebagai keyboardist, di dalam proyek Atmosfera duduk manis menabuh drum. ''Ini sebuah tantangan buat kita semua,'' kata Fadhil mengenai keterlibatannya di dalam Atmosfera. ''Saya sih berharap musik Atmosfera ini bisa diterima di semua kalangan.''
Bens Leo, pengamat musik nasional, bahkan dengan lantang menilai Atmosfera ini sebagai bentuk Discus yang tampil lebih nge-pop. ''Di dalamnya banyak sentuhan yang berupaya untuk dapat berkompromi dengan selera pendengar kebanyakan,'' ujarnya.
Lagu yang dinilai 'komersial', menurut telinga Bens, dapat disimak pada lagu Diam. Lagu yang dipasang pada track pembuka ini mencoba melakukan eksplorasi yang nge-pop. ''Di sana coba dipadukan bunyi piano, gitar elektrik, drum, bass, tapi juga diperkaya dengan musik babu rindik dari Bali dan improvisasi vokal Fitra yang jazzy. Jadi di sini terlihat sebuah kekuatannya,'' kata Bens menilai.
Usaha untuk berkompromi juga dapat disimak dari durasi di setiap lagu yang terselip di album bertajuk Negeri Cinta ini. Jika di Discus kita bisa menemukan durasi sebuah lagu hampir 20 menit, maka di Atmosfera ini semuanya coba dipersingkat.
''Buat saya, mau panjang maupun pendek (sebuah lagu), selalu ada tempatnya masing-masing. Nah untuk di Atmosfera kita merasa lagu-lagu kita sudah cukup ringkas seperti yang diinginkan selera sekarang,'' kata Iwan yang menjadi komposer di dalam proyek ini.
Kolaborasi Maya Hasan Selain melakukan kompromi pasar, Atmosfera ternyata juga melakukan kompromi dalam bentuk kekeluargaan. Kompromi -- lebih tepatnya disebut kerjasama -- ini dapat dilihat dari keterlibatan tiga bersaudara dari keluarga Hasan.
Selain Iwan Hasan, di proyek ini ada juga Syafei Hasan. Ia berperan sebagai eksekutif produser bagi kedua adik kandungnya. Sedangkan Hasan yang satunya lagi adalah Maya Hasan. Maya adalah seorang harpanis ternama yang sudah menyimpan segudang pengalaman. Di album ini, Maya ditampilkan sebagai additional musician pada lagu Negeri Cinta. Lagu ini sekaligus juga menjadi singel utama bagi debut album Atmosfera.
''Saya sangat senang bisa terlibat di sini. Kebetulan saya sudah mengenal para personelnya sejak lama. Ketika mereka menelurkan album Atmosfera, tentunya ini berbeda dengna Discus. Saya menilai album ini tidak sembarangan, namun juga enak didengar,'' Maya memaparkan isi hatinya ketika dilibatkan dalam proyek Atmosfera ini. ''Meski cuma kebagian satu, saya tetap senang kok. Semoga album dan lagu-lagu dari Atmosfera ini bisa diterima dan diapresiasi dengan baik,'' sambung Maya kembali.
Lantas untuk lebih membuat 'bunyi' yang lebih bergaung keras, Atmosfera memang secara khusus menyasar pendengar dalam negeri saja. ''Sebenarnya permintaan album Atmosfera ini sudah ada juga yang datang dari luar. Ada yang dari Brasil, Uruguay, sampai ke Italia. Mereka menanyakan tentang album Atmosfera. Tapi kita menyadari, Atmosfera ini sebaiknya untuk bisa menjaring pasar dalam negeri saja. Kebetulan juga lirik-lirik lagunya kan masih berbahasa Indonesia,'' ujar Iwan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar