''Album ini lahir supaya saya tidak jatuh miskin pada tahun ini,'' Tompi berseloroh ketika berbincang santai di kantor redaksi Republika pada akhir pekan kemarin di Jakarta.
Tompi jatuh miskin? Rasanya terdengar hiperbolis, tentu. Tetapi begitulah solois bernama asli Teuku Adifitrian ini memberikan gambaran singkat tentang album terbarunya "Tak Pernah Setengah Hati". Album ini merupakan album solo kelima dari pria asal bumi Nanggroe Aceh Darussalam.
Hati Tompi memang telah terbelah pascamerilis album "Paris-Jakarta Express" pada 2009 silam. Album yang kental dengan kearifan dan keunikan seni tradisi daerah itu justru tak mendapat respons baik dari publik dalam negeri. Tetapi album itu justru, seperti diklaim Tompi, lebih banyak mendapatkan tempat di telinga pendengar orang bule di Eropa.
''Kebetulan juga album ("Paris-Jakarta Express") ini melibatkan dua orang Prancis. Jadi saya tak terlalu banyak kehabisan amunisi,'' kata Tompi sambil melepaskan senyumannya.
Ah, Tompi memang pandai membuat suasana menjadi terasa cair. Tak ada sekat yang ia bangun ketika berbincang-bincang dengan awak redaksi Republika. Ia tetap memperlihatkan pesonanya sebagai sosok yang asik diajak berbincang banyak hal, termasuk soal karyanya di dunia musik.
Terkait dengan album "Tak Pernah Setengah Hati" ini, Tompi ternyata tak hanya sekedar memberi judul. Tetapi ada pesan yang sebenarnya hendak ia sampaikan. ''Sebenarnya saya ingin menyampaikan kritik kepada media dan pelaku musik di negeri ini. Saya gelisah karena sekarang ini begitu banyak orang ingin mengambil jalan pintas sehingga mereka tak pernah malu-malu untuk mencontek karya orang lain,'' katanya.
Bahkan dalam sebuah kesempatan, Tompi pernah mendapat tawaran dari sebuah perusahaan rekaman untuk mengubah sedikit lagu milik orang lain. Ingin tahu berapa angka yang siap ditransfer ke rekening dia? ''Kalau melihat angkanya sih siapa yang tak tergiur. Rp 250 juta hanya mengubah sedikit-sedikit saja. Tetapi saat itu saya menolak karena untuk apa kita membohongi diri kita sendiri,'' kata pria yang kini berstatus sebagai dokter spesialis bedah ini.
Ah, Tompi untuk kesekian kalinya telah menunjukkan identitasnya yang berbeda. Sebuah idealisme bermusik yang mungkin saat ini menjadi barang langka di tengah segelintir pembuat lagu yang gemar melakukan praktek plagiat demi mengejar lagunya dapat laris di pasar.
Lantas bagaimana kalau lagu Tompi suatu saat justru dituding melakukan juga praktek 'mencuri'? Tompi mengaku dirinya bukanlah sosok yang tanpa pernah ada kesalahan. Tetapi untuk menyortir karya-karyanya sebelum diperkenalkan kepada khalayak ramai, ia melakukan kontrol cukup ketat.
''Saya justru bertanya dulu kepada istri, teman-teman bahkan para MD (music director). Kalau memang ada lagu saya yang mirip-mirip, saya langsung membuangnya,'' kata dia. ''Lantas kalau sampai keluar, wah itu memang sial buat saya. Tetapi pada dasarnya saya sangat menginginkan karya-karya saya adalah sesuatu yang orisinal, bukan dari hasil jiplakan.''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar