Akankah ada yang baru bakal tersaji dari industri musik dalam negeri di tahun yang baru ini? Akankah roda berputar, tak lagi menjadikan musik pop melayu mendayu-dayu, menjadi medan magnet bagi para debutan yang hendak mencari peruntungan di tahun Kelinci ini?
''Berbicara soal prediksi musik, khususnya musik-musik berlanggam Melayu, pada tiga kwartal pada 2011 ini rasanya tak akan banyak berubah,'' begitu Remmy Soetansyah memberi pandangannya. Remmy adalah pengamat musik yang memiliki lembaga Rumah Musik Indonesia.
Remmy tak hanya sekedar berspekulasi. Argumentasinya berlandaskan pada fenomena yang terjadi di sepanjang tahun lalu. Selama setahun kemarin, grup band pengusung genre musik ini masih menjadi yang paling nge-hits di gendang telinga anak negeri. Sebutlah di antaranya nama Wali atau juga ST 12 .
Kedua grup ini telah menyedot para pengguna telpon genggam dalam negeri untuk menjadikan lagu mereka sebagai Ring Backtone (RBT) sampai angka 10 juta aktifasi. RBT sendiri merupakan 'napas baru' bagi para musisi dalam negeri untuk tetap hidup di tengah maraknya pembajakan yang sampai kini tak pernah bisa diurut simpul keruwetannya.
''Ini angka yang sungguh luar biasa, apalagi jika dibandingkan dengan musik-musik di luar genre melayu total (metal) yang sangat melempem aktifasi RBT-nya,'' kata Remmy kembali.
Apa yang disampaikan Remmy dipertegas juga oleh Krish Pribadi, vice president Digital Music and Content Marketing dari Telkomsel. ''Di tempat kami, lagu dari Wali ini masih menjadi penyumbang RBT terbesar,'' katanya.
Krish mengungkap, lagu-lagu dari Wali telah menyedot 5,5 juta aktifasi. ''Memang kalau di total dari semua provider yang ada di Indonesia, angkanya (lagu Wali) saya kira bisa menembus 12-13 juta aktifasi,'' katanya. ''Begitu juga dengan ST 12 yang juga bagus RBT-nya.''
Dengan trend positif yang telah ditunjukkan oleh grup band pengusung musik 'metal' itu apakah membuat para pemilik perusahaan rekaman akan terus menggenjot potensi tersebut pada tahun ini?
Rahayu Kertawiguna, produser dari perusahaan Nagaswara, mengatakan, secara bisnis genre yang telah ditawarkan oleh grup band Wali rasanya masih belum bisa diabaikan. Wali sendiri merupakan grup band yang menjadi salah satu mesin uang bagi Nagaswara. ''Yang pasti untuk tahun ini kita akan terus me-maintenance para penggemar grup Wali,'' kata Rahayu ketika ditemui di ruang kerjanya. ''Karena kita masih melihat potensi itu masih besar.''
Bahkan agresifitas Nagaswara untuk merebut pendengar musik Tanah Air lewat genre musik pop melayu itu tidak hanya mengandalkan pada kepiawaian Wali menghadirkan karyanya. ''Kita juga memiliki beberapa grup sejenis yang siap untuk bersaing tahun ini,'' kata Rahayu.
Rahayu menyebut nama SET 14. Grup asal Lampung ini dirancang kehadirannya pada Februari mendatang. Lampung tercatat juga sebagai kota yang pernah melahirkan grup Kangen Band yang sempat dicemooh namun laris secara penjualan.
Dalam obrolannya kepada Republika, Rahayu sempat memperdengarkan salah satu karya dari grup ini. Dari penilaian Republika, karakter vokal dari SET 14 ini memiliki kemiripan dengan karakter vokal Charly van Houten, vokalis dari grup band ST 12.
Apakah model duplikasi sukses ST 12 itu menjadi kiat untuk bisa meraup potensi penikmat musik 'metal' di dalam negeri? ''Saya sih melihatnya ini hanya kebetulan saja mirip seperti Charly. Karena buat saya yang lebih saya cari adalah musik yang menjual. Dan saya melihat potensi itu ada pada mereka (SET 14),'' ujarnya.
Sementara itu dalam obrolan terpisah, Charly sempat bercerita saat ini dirinya berupaya melakukan pengembangan karya. ''Saya melihat sekarang ini sudah begitu banyak yang mengekor karya-karya ST 12. Untuk itu kita harus bisa terus melakukan inovasi, namun kita akan tetap menjaga konsep dari ST 12,'' katanya.
Charly menyebutkan upaya perubahan itu telah mulai dirintisnya pada album Pangeran Cinta. ''Di sana kita coba menyisipkan aransemen yang up beat juga kok. Memang vokal saya tidak akan berubah karena ini menjadi salah satu identitas dari ST (12),'' ujarnya.
''Ini angka yang sungguh luar biasa, apalagi jika dibandingkan dengan musik-musik di luar genre melayu total (metal) yang sangat melempem aktifasi RBT-nya,'' kata Remmy kembali.
Apa yang disampaikan Remmy dipertegas juga oleh Krish Pribadi, vice president Digital Music and Content Marketing dari Telkomsel. ''Di tempat kami, lagu dari Wali ini masih menjadi penyumbang RBT terbesar,'' katanya.
Krish mengungkap, lagu-lagu dari Wali telah menyedot 5,5 juta aktifasi. ''Memang kalau di total dari semua provider yang ada di Indonesia, angkanya (lagu Wali) saya kira bisa menembus 12-13 juta aktifasi,'' katanya. ''Begitu juga dengan ST 12 yang juga bagus RBT-nya.''
Dengan trend positif yang telah ditunjukkan oleh grup band pengusung musik 'metal' itu apakah membuat para pemilik perusahaan rekaman akan terus menggenjot potensi tersebut pada tahun ini?
Rahayu Kertawiguna, produser dari perusahaan Nagaswara, mengatakan, secara bisnis genre yang telah ditawarkan oleh grup band Wali rasanya masih belum bisa diabaikan. Wali sendiri merupakan grup band yang menjadi salah satu mesin uang bagi Nagaswara. ''Yang pasti untuk tahun ini kita akan terus me-maintenance para penggemar grup Wali,'' kata Rahayu ketika ditemui di ruang kerjanya. ''Karena kita masih melihat potensi itu masih besar.''
Bahkan agresifitas Nagaswara untuk merebut pendengar musik Tanah Air lewat genre musik pop melayu itu tidak hanya mengandalkan pada kepiawaian Wali menghadirkan karyanya. ''Kita juga memiliki beberapa grup sejenis yang siap untuk bersaing tahun ini,'' kata Rahayu.
Rahayu menyebut nama SET 14. Grup asal Lampung ini dirancang kehadirannya pada Februari mendatang. Lampung tercatat juga sebagai kota yang pernah melahirkan grup Kangen Band yang sempat dicemooh namun laris secara penjualan.
Dalam obrolannya kepada Republika, Rahayu sempat memperdengarkan salah satu karya dari grup ini. Dari penilaian Republika, karakter vokal dari SET 14 ini memiliki kemiripan dengan karakter vokal Charly van Houten, vokalis dari grup band ST 12.
Apakah model duplikasi sukses ST 12 itu menjadi kiat untuk bisa meraup potensi penikmat musik 'metal' di dalam negeri? ''Saya sih melihatnya ini hanya kebetulan saja mirip seperti Charly. Karena buat saya yang lebih saya cari adalah musik yang menjual. Dan saya melihat potensi itu ada pada mereka (SET 14),'' ujarnya.
Sementara itu dalam obrolan terpisah, Charly sempat bercerita saat ini dirinya berupaya melakukan pengembangan karya. ''Saya melihat sekarang ini sudah begitu banyak yang mengekor karya-karya ST 12. Untuk itu kita harus bisa terus melakukan inovasi, namun kita akan tetap menjaga konsep dari ST 12,'' katanya.
Charly menyebutkan upaya perubahan itu telah mulai dirintisnya pada album Pangeran Cinta. ''Di sana kita coba menyisipkan aransemen yang up beat juga kok. Memang vokal saya tidak akan berubah karena ini menjadi salah satu identitas dari ST (12),'' ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar