Minggu, 19 Desember 2010

Merapi.....(yang kini tersisa)

Erupsi Gunung Merapi, Oktober lalu, telah meninggalkan begitu banyak hal. Tak hanya warga sekitar yang dibuatnya mengaduh, merintih dan juga menangis. Tetapi Merapi telah meninggalkan rekam jejak yang tak akan pernah terlupakan. Sebuah rekam jejak, betapa dahsyat letusan gunung setinggi 2.968 meter itu bagi warga sekitarnya.

Inilah sedikit rekam jejak yang tersisa itu. Sebuah pemandangan yang ku ambil dari kamera telpon genggamku. Tak banyak yang bisa terucap dari mulutku. Yang ku bisa, hanyalah merekam semua ingatan itu, lewat potongan-potongan gambar yang ku ambil dari lokasi berjarak 1 km dari puncak gunung.

Batikku...
















Aku tak mengetahui, siapa pemilik batik ini. Aku tak juga mengetahui, bagaimana nasib si pemilik batik kini. Yang ku tahu, batik ini sudah menjadi saksi bisu dari amuk Merapi. Warisan budaya yang telah diakui oleh lembaga UNESCO itu, ketika ku temui, hanyalah menjadi onggokan dari begitu banyak puing yang tersisa dari amuk Merapi.



Gunting...



Sejatinya, gunting ini hanya menjadi alat pemotong saja. Tetapi, entahlah, mengapa gunting ini telah berubah fungsi. Ia menancap layaknya sebilah pisau tajam. Atau mungkinkah juga, gunting yang telah hangus diserang wedhus gembel Merapi itu, itu berkata,''Tolonglah aku....aku juga ingin bersembunyi di balik kayu ini saja!''



Oh, Motorku....


Tiga motor ini telah menjadi bagian dari tragedi memilukan Merapi. 

Sang Penjaga Setia


Inilah akhir dari sebuah perjalananku. Remaja ini bukanlah Mbah Maridjan. Matanya menatap kosong. Gurat dahinya menandakan, betapa berat kehidupannya kini. Tetapi, ia akan selalu setia dan selalu siap bercerita, tentang apa dan bagaimana Merapi.  Karena ia adalah anak Merapi...



Senin, 13 Desember 2010

akbar blog: Cilla, Menapak Jejak Sukses Justin Bieber

akbar blog: Cilla, Menapak Jejak Sukses Justin Bieber

Cilla, Menapak Jejak Sukses Justin Bieber


Oleh Mohammad Akbar


Masih ingat dengan fenomena Shinta-Jojo? Duet penyanyi lip sync lagu Keong Racun itu pernah memperoleh berkah popularitas karena aksinya yang telah diunggah ke jagat virtual di laman Youtube.
Lalu, Anda pasti juga mengenal Justin Bieber, kan? Hm, remaja ABG asal Kanada itu berhasil pula menjadi penyanyi terkenal di kolong bumi ini, juga gara-gara rekamannya yang diunggah ke Youtube.

Entahlah, apakah karena ingin mengikuti jejak Shinta-Jojo dan Justin Bieber yang telah terkenal itu, tapi yang pasti Clara Priscilla ternyata juga melakukan cara serupa. Lagu "My Indonesia" yang diunggahnya ke laman Youtube itu telah membuat jalannya menuju Amerika terbuka lapang. Lagu "My Indonesia" itu dibuat oleh Cilla dengan lirik bahasa Inggris.

Kini, penyanyi asal Surabaya berusia 15 tahun itu telah mendapat kontrak dari Universal Amerika-Interscope. Mark S Berry, produser yang juga menjadi pemimpin dari Attack Media Group, melihat potensi besar pada diri Cilla. Sebagai bukti keseriusannya, Berry langsung terbang ke Jakarta pekan lalu.  ''Dia adalah penyanyi bertalenta,'' kata Berry usai menyodorkan kontrak kepada Cilla di Jakarta.

Berry mengakui, pertemuannya dengan Cilla itu berkat video klip My Indonesia yang telah diunggah ke laman Youtube. ''Kami memang terus mencari talenta-talenta baru. Dari sekian materi lagu yang diseleksi, saya tertarik saat dia menyanyikan single 'My Indonesia' di Youtube itu,'' katanya.

Berry juga mengakui, pencarian talenta baru lewat dunia virtual ini tak lepas dari keberhasilan yang pernah diraih Justin Bieber. ''Dia (Justin Bieber) itu sangat fenomenal di Kanada. Jadi memang benar, salah satu cara mencari talenta yang kini kami lakukan adalah lewat medium seperti ini,'' ujarnya.

Dalam laman wikipedia, Berry tercatat sebagai produser musik yang telah mengantungi banyak penghargaan internasional dari industri musik dunia. Ia juga pernah kerja bareng dengan David Bowie, Duran Duran, Billi Idol, YES, hingga Kool & The Gang

Ia juga pernah tercatat sebagai orang di balik layar atas sukses yang diraih Alisha. Alisha adalah penyanyi pop/dance terkenal di era 1980an dan 1990an di Amerika Serikat. Lagunya seperti All Night Passion dan Baby Talk berhasil terjual lebih dari dua juta kopi.

Lalu bagaimana dengan Cilla? Ah, senyum sumringah siswi kelas 1 SMA di Surabaya ini terus saja mengembang. Ia senang. ''Ini seperti mimpi,'' kata dia. ''Saya sungguh tak pernah memimpikan untuk bisa dikontrak oleh perusahaan rekaman luar negeri. Tapi ini sungguh kenyataan yang membuat saya begitu bahagia.''

Cilla bercerita, lagu "My Indonesia" itu telah diunggahnya ke laman Youtube sekitar September lalu. Lalu tanpa disangka, saat ia baru pulang sekolah di sore hari, ia mendapat kabar dari ibunya. ''Mama beri tahu kalau saya dapat email dari Universal (Amerika). Mereka katanya tertarik sama lagu yang pernah saya masukkan ke Youtube,'' cerita Cilla.




Cilla mengatakan, kabar melalui email itu datang sebulan yang lalu. ''Kemudian setelah berbalas e-mail, mereka ternyata ingin mengontrak saya dan membawa saya ke Amerika,'' kata penggemar berat Taylor Swift ini.

Nah, jika tak ada aral, Cilla akan meninggalkan Indonesia menuju Amerika pada Januari atau paling lambat pada Maret tahun depan. Sementara pihak Universal telah menjadwal akan merilis album perdana Cilla pada Februari 2011.

Dalam album tersebut, Cilla diberi keleluasaan untuk memilih enam dari 100 lagu yang diciptakan oleh penulis lagu dunia. Satu di antaranya adalah ciptaan Vibes Brother yang saat ini tengah terlibat kerjasama penciptaan lagu dengan Shakira.

Sementara dari album barunya nanti, Cilla juga menyumbangkan empat buah lagu. ''Semuanya saya buat dalam lagu berlirik bahasa Inggris. Wah saya sungguh senang bisa mendapat kesempatan seperti ini,'' ujar penyanyi yang juga piawai bermain piano ini.

Kini, hanya tinggal waktu saja yang akan menjawab ikhtiar Cilla. Akankah ia mampu mengharumkan nama bangsa layaknya Anggung C Sasmi? ''Harapan seperti itu memang besar di diri saya. Tapi saya tak mau terlalu besar diri. Saat ini saya hanya ingin bisa berkarya dengan baik,'' katanya.

Selasa, 07 Desember 2010

“3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” Terbaik di FFI 2010

Oleh Akbar

Film drama komedi 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta terpilih sebagai film terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2010. Film buatan Mizan Production ini sekaligus juga menyabet tropi Citra terbanyak dengan membawa pulang tujuh tropi.

Sementara film produksi Demi Gisela Citra Sinema, "Alangkah Lucunya Negeri Ini", harus pulang dengan gigit jari. Dari 13 nominasi, film yang disebut-sebut bakal menjadi pemenang FFI ini hanya membawa pula tiga tropi. Ketiga penghargaan tersebut diberikan untuk kategori skenario cerita asli, tata musik dan tata suara saja.

Sedangkan film "3 Hati, 2 Dunia 1 Cinta" mengantarkan Benni Setiawan mendapatkan penghargaan sutradara serta penulis skenario adaptasi terbaik. Penghargaan lainnya juga mengantarkan Reza Rahadian dan Laura Basuki meraih penghargaan sebagai pemeran utama pria dan wanita terbaik.

Untuk aktegori pemeran pendukung pria terbaik disabet oleh Rasyid Hakim yang berperan di film "3 Hati 2 Dunia 1 Cinta". Sedangkan pemeran pendukung wanita terbaik diberikan kepada Happy Salma yang bermain sebagai pelacur di film "7 Hati 7 Cinta 7 Wanita".

Lalu film tentang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong berjudul "Minggu Pagi di Victoria Park" serta film "I Know What You Did on Facebook" masing-masing hanya meraih satu penghargaan saja.

Deddy Mizwar, produser dari Demi Gisela Citra Sinema yang juga menjadi pengarah Komite Festival Film Indonesia (KFFI), merasa sangat puas dengan hasil yang telah diumumkan ini.

''Alhamdulilah, Allah tidak pernah tidur dan malam ini sudah ditunjukkan buktinya,'' kata Deddy menjawab tudingan miring tentang dirinya yang telah mengatur hasil FFI 2010. ''Apapun keputusan FFI harusnya kita tetap memberikan applaus. Belajarlah untuk saling menghargai, bukan saling menghina.''

Sementara itu Putut Widjanarko selaku produser film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta langsung sumringah film yang diproduksinya menuai sukses besar di FFI 2010. ''Ini penghargaan kedua kami setelah Garuda Di Dadaku. Insya Allah ini, penghargaan yang kami dapatkan malam ini akan terus memberi semangat kepada kami untuk selalu melahirkan karya-karya yang berkualitas dan mendidik,'' ujarnya.



Daftar Peraih Piala Citra FFI 2010:


- Film terbaik: 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta

- Penyutradaraan: Benni Setiawan (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)

- Pemeran Utama Wanita: Laura Basuki (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)

- Pemeran Utama Pria: Reza Rahardian  (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)

- Pemeran Pendukung Pria: Rasyid Karim (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)

- Pemeran Pendukung Wanita: Happy Salma (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)

- Skenario Cerita Asli: Musfar Yasin (Alangkah Lucunya Negeri Ini)

- Skenario Cerita Adaptasi: Benni Setiawan (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)

- Tata Sinematografi: Roby Herby (I know What You Did On Facebook)

- Tata Artistik: Oscart Firdaus (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)

- Penyuntingan: Aline Jusria (Minggu Pagi di Victoria Park)

- Tata Suara: Adiatyawan Susanto & Novi Dwi R Nugroho (Alangkah Lucunya Negeri Ini)

Catatan FFI 2010, Masih Perlukah FFI?


Oleh Akbar


Gelaran Festival Film Indonesia (FFI) 2010 telah usai. Banyak hal yang tersisa. Ada amarah yang menyumbat tetapi ada pula senyum ceria yang tersembul ketika festival pelat merah ini menggelar malam puncaknya, Senin (6/12) malam di Central Park, Jakarta

Sebagai sebuah pesta buat insan film nasional, FFI sepertinya masih banyak yang harus dibenahi. Setidaknya persoalan ini bisa disorot dari silang sengketa yang muncul dari film Sang Pencerah

Film karya Hanung Bramantyo ini telah membelah pendapat para sineas negeri ini. Sengkarut itu berawal dari keputusan mengejutkan Komite Seleksi (KS) yang tidak memasukkan film ini ke dalam salah satu daftar nominee.

Pada pengumuman nominasi, Sang Pencerah dinilai Komite Seleksi ''telah membuat kesalahan fakta-fakta historis...sehingga otomatis mengurangi kredibilitas film tersebut.''

Polemik lainnya juga muncul ketika Komite Festival Film Indonesia (KFFI) memperlihatkan inkonsistensinya dalam menetapkan keputusan KS. Pada pengumuman awal, KS yang dipimpin Viva Westi, hanya memasukkan delapan judul film saja sebagai film nominee.

Tapi keputusan itu langsung berubah hanya selang tiga hari. Entahlah, apakah perubahan itu disebabkan adanya kritikan media atau memang KFFI secara sadar mengubah keputusannya dengan merujuk pada aturan Pedoman Pelaksanaan FFI. Dalam aturan itu tertulis,''Komite Seleksi menetapkan sekurang-kurangnya 10 judul film dan sebanyak-banyaknya 15 judul film pilihan.''

Apakah polemik FFI ini hanya sampai di sana saja? Ternyata tidak! Kisruh kian meruncing ketika pengumuman daftar nominasi film cerita terpaksa diundurkan. Penyebabnya, dewan juri dinilai bersikap 'ngeyel' dengan memberikan penilaian pada film Sang Pencerah -- film yang tak masuk ke dalam daftar sepuluh film nominee hasil seleksi KS.

Lalu puncak terbelahnya dari sekoci FFI itu ketika KFFI mengeluarkan mandat memberhentikan dewan juri. Ini sebuah sejarah bagi penyelenggaraan FFI. Dalam hal ini, untuk kali pertama panitia penyelenggara FFI memberhentikan dewan juri sebelum pengumuman hasil akhir FFI dilakukan.

Berkaca dari semua persoalan itu, FFI sejatinya memang harus segera melakukan pembenahan secara sistemis. Tio Pakusadewo, aktor terbaik FFI 2009, mengusulkan agar anggota komite seleksi itu tidak diumumkan secara terbuka sehingga di antara mereka tidak ada yang bisa saling mengenal. ''Kalau kita melihat Academy Awards, mereka yang melakukan seleksi filmnya jumlahnya sangat banyak. Lalu di antara mereka sendiri juga tak ada yang saling mengenal,'' ujarnya.

Terhadap usulan semacam ini, pengarah KFFI Deddy Mizwar sudah memikirkannya. ''Tetapi itu kerja tahunan. Sehingga kalau diberlakukan pada tahun depan, rasanya masih belum bisa,'' kata dia.

Namun Deddy juga sempat mengatakan, adanya rencana untuk meniadakan KS. ''Kalau dulu judul film kita bisa sampai ratusan. Tetapi sekarang kan tidak sebanyak itu lagi. Ya, mungkin bisa saja dinilai langsung oleh (dewan) juri,'' katanya.

Selain mengubah sistem penilaian, bagian paling penting lagi adalah bagaimana para insan film bisa saling menghormati atas segala keputusan. Namun, perlu diingat juga, keputusan yang telah ditetapkan itu tentunya juga harus konsisten.

Nah, jika masih tetap merasa tak puas, rasanya konsistensi sikap yang telah dilakukan Mira Lesmana cs tampaknya jauh lebih arif. Karya-karya Mira sejak 2007 tak lagi menjadi bagian dari FFI usai terjadinya kisruh pada gelaran FFI 2006. Tetapi apakah itu sebuah pilihan? Rasanya Andalah, para sineas Indonesia yang akan lebih memahami jawabannya sendiri.....

Rabu, 24 November 2010

Komputer Pertama Buatan Apple Terjual Rp 1,9 Miliar




Soal prosesor, komputer ini memang 1.000 kali lebih lamban ketimbang iPad. Soal penampilan, pasti kalah jauh dari Apple MacBook. Tapi, dari segi harga, jangan tanya. Komputer pribadi yang merupakan cikal bakal keluarga Apple ini 425 kali lebih mahal daripada iPad.
Ya, Apple I, satu dari 200 model yang pernah dibuat, terjual di rumah lelang Christie, London, kemarin, seharga 133.250 pound sterling atau setara dengan Rp 1,9 miliar.
Sang pembeli mendapatkan seluruh paket asli Apple I plus tulisan sales dari Steve Jobs, salah satu pendiri perusahaan Apple yang kini menjabat sebagai CEO Apple Inc.
Ketika Apple I diluncurkan pada 1976, inilah satu-satunya komputer pribadi yang sudah lengkap dengan motherboard.
Pembeli saat itu tinggal memakainya saja karena paket penjualan sudah termasuk keyboard, power supply, dan display, kata rumah lelang Christie.
Harga jualnya ketika itu adalah US$ 666,66 atau sekitar Rp 5,9 juta. Sayang, pada 1977 komputer ini sudah tidak diproduksi lagi.
Lantas siapa pemilik baru Apple I ini? Dalam proses pelelangan yang cukup singkat pebisnis asal Italia dan kolektor benda langka, Marco Boglione, menjadi pemilik baru.
Boglione tak hadir di rumah pelelangan Christie. Ia hanya memberi penawaran lewat telepon. Tapi adiknya, Francesco Boglione, hadir di sana.
Menurut Francesco, kakaknya itu memang gila komputer. “Pertama kali saya mengenal komputer dari Marco. Dia ngotot membeli Apple I ini karena dia cinta komputer.”
Juga hadir dalam pelelangan itu Steve Wozniak, salah satu pendiri perusahaan Apple Computer. Seperti Jobs, ia pun membubuhkan tanda tangannya di surat pelelangan.
Menurut Wozniak, acara lelang ini menjadi sangat berarti bagi hasil kerja kerasnya. Apalagi penjualan kali ini juga diikuti oleh perusahaan teknologi hebat lainnya.
Enigma, mesin pembuat kode rahasia asal Jerman, dan tulisan ahli matematika asal Inggris, Alan Turing, yang dianggap sebagai salah satu penemu komputer modern, juga ikut dilelang.
“Hari ini jantung saya serasa mau copot. Apalagi hari ini juga dilelang dokumen Turing dan mesin Enigma, dan tentu Apple I,” ucap Wozniak. “Saya bangga dengan tuan yang membeli benda-benda ini.”
Menurut Francesco, setelah Apple I ini diboyong pulang akan diperbaiki dan harus dalam kondisi siap pakai. Dan tentu untuk menambah koleksi komputer Apple di rumah kakanya.

sumber: tempointeraktif

Beatles yang Memikat Penikmat iTunes


Oleh: Mohammad Akbar

 

Perjalanan panjang pihak Apple untuk merilis karya-karya grup band legendaris The Beatles akhirnya berbuah manis juga. Dari pekan perdana penjualan di gerai musik virtual iTunes, lagu-lagu dari The Beatles ini telah terjual lebih dari dua juta. Selain itu lagi, lebih dari 450 ribu album ludes pula terjual secara global dari pekan perdananya.


Pihak Apple menyatakan dari 13 katalog album studio The Beatles yang dirilis pada pekan lalu itu album "Abbey Road" menjadi yang paling laris terjual secara digital. Tapi penjualan laris itu hanya untuk wilayah gerai iTunes di kawasan Amerika Serikat.

Walau menjadi yang terlaris, namun secara menyeluruh album kesebelas The Beatles yang pernah dirilis pada 1969 itu hanya mampu nangkring di urutan enam. Pencatatan penjualan itu sampai 22 November lalu.
Kemudian lagi "The Beatles Box Set" juga menjadi salah satu album laris yang terjual di iTunes. Dalam daftar tangga album penjualan di iTunes, album tersebut berada di urutan kesepuluh.

''Sementara "Here Comes the Sun" menjadi singel Beatles yang paling laris terjual. Sayangnya singel tersebut tidak masuk ke dalam daftar sepuluh besar pada pekan kemarin,'' demikian disampaikan pihak Apple.

Lantas bagaimana ekspansi karya-karya The Beatles yang ada di iTunes di luar kawasan Amerika? Sayangnya dari hasil laporan yang mengutip laman Reuters tersebut pihak Apple tidak merilis data penjualannya.

Katalog The Beatles ini telah dirilis di iTunes -- salah satu retailer musik digital terbesar dunia -- untuk kali pertama pada 16 November silam. Proses itu menuntaskan negosiasi bertahun-tahun yang telah dilakukan antara pendiri Apple Steve Jobs, perusahaan manajemen The Beatles dan perusahaan rekaman EMI.

Di gerai virtual iTunes ini, lagu-lagu Beatles dijual dengan harga 1,29 dolar AS per lagu. Sedangkan untuk album dobel harganya sebesar 19,90 dolar AS.  Label Beatles EMI mengatakan pernjanjian iTunes-Beatles merupakan perjanjian ekslusif pada 2011. Tapi EMI menampik kontrak perjanjian ini bakal berakhir hanya sampai tahun depan saja.

Analis dari BGC Patners, Colin Gillis, menilai penjualan lagu-lagu Beatles ini sebagai upaya pihak Apple untuk lebih memperluas lagi ekspansi penjualan iPod. ''Terutama pada musim liburan ini penjualan iPod cukup penting dan rasanya penjualan hingga 20 juta iPod tentu tidak akan menyakitkan,'' ucap Gillis.

Sementara itu laporan dari laman Billboard yang dirilis Selasa waktu setempat, debut iTunes dari Fab Four -- sebutan lain dari personel grup band The Beatles -- ini ternyata lebih favorit dibandingkan dengan band-band lainnya dalam upaya bergabung pada proses revolusi penjualan musik digital.

Merujuk laporan Nielsen Soundscan, katalog band Led Zeppelin pada penjualan debut digitalnya pada November 2007, hanya memperoleh penjualan di wilayah Amerika sebanyak 47 ribu unit album serta 300 ribu lagu.

Tapi jika dibandingkan dengan karya-karya gres dari penyanyi R&B Rihanna maupun komedi musikal laris televisi Glee, karya The Beatles masih kalah bersaing.

Menurut Apple, album baru Loud milik Rihanna masih menjadi penjualan album terbaik pada pekan lalu di iTunes Amerika. Menyusul di belakangnya adalah  karya dari Glee.


Kamis, 04 November 2010

In the Name of God, Sebuah Refleksi terhadap Islam





Seperti apakah Islam di Pakistan? Adakah radikalisme itu menjadi pembenaran buat melakukan jihad? Lantas seperti apakah Islam memandang musik dan gaya berpakaian dalam keseharian?

Semua pertanyaan itu menjadi benang merah dari film asal Pakistan Khuda Kay Liye (In the Name of God) karya Shoaib Mansoor. Film yang akan beredar di bioskop nasional mulai 4 November ini meramu berbagai persoalan tentang Islam dan buntut dari aksi teror 11 September di menara kembar World Trade Centre (WTC) Amerika Serikat.

Meski isi ceritanya terkesan 'menggurui', namun film berdurasi hampir tiga jam ini mampu memberikan sebuah pencerahan dalam melihat Islam. Setidaknya, film ini bisa menjadi bentuk solusi bagi Barat dalam memandang Islam. 

Dan menjadi lebih penting lagi, film ini menjadi sebuah lompatan besar buat industri perfilman Pakistan. Negara yang berbatasan dengan India ini secara kuantitas maupun teknologi boleh jadi masih tertinggal jauh oleh geliat industri Bollywood. Namun di tengah keterbatasan, film yang menjadi debut karya Shoaib ini telah cukup cerdas memberi pencerahan tentang Islam dan berbagai persoalan yang mengungkungnya.

Film ini memusatkan ceritanya pada tokoh kakak beradik, Mansoor (dimainkan oleh Shaan) dan Sarmad (Fawad Khan). Turut mendukung cerita ada Mary (Iman Ali), perempuan Pakistan berkewarganegaraan Inggris; dua ulama besar Pakistan -- Kyai Maulana Tahiri (Rasheed Naz) dan Kyai Maulana Wali (Naseeruddin Shah) -- serta Dave (Alex Edwards).

Kisah dari film ini dimulai dari kesedihan seorang perempuan bule di Chicago pada musim gugur 2002. Tak lama, film pun melompat mundur ke masa dua tahun sebelumnya. Sebuah gladi resik pertunjukkan musik tengah dipersiapkan untuk menyambut pergantian tahun 2000. 

Mansoor dan Sarmad -- dua musisi kakak beradik -- tengah berlatih mempersiapkan diri. Tanpa disangka, persiapan itu berantakan karena diserang sekelompok pria berpakaian putih. Mereka merusak panggung dan melarang pertunjukkan tersebut.

Lalu cerita terus mengalir. Mansoor mengalami pergolakan hidup. Pertemuannya dengan kiai Maulana Tahiri mengubah pemahamannya tentang Islam. Ia memutuskan diri meninggalkan dunia musik. Ia juga mengubah penampilannya dengan memelihara jenggot serta mengenakan baju gamis. 

Sebaliknya, Sarmad -- kakak dari Mansoor, melanjutkan kegemarannya terhadap musik. Ia terbang ke Amerika Serikat untuk mendalami pengetahuannya tentang musik. Dua kehidupan dari kakak beradik itu mulai menorehkan ceritanya.


Konflik Cerita Di sini, penonton harus menunggu sabar untuk menantikan hadirnya konflik dari film ini. Konflik itu lahir setelah terjadi penyerangan menara kembar WTC di Amerika. Negeri Paman Sam menjadi membabi buta dalam memerangi terorisme.

Sarmad yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan seorang perempuan bule harus diciduk saat tertidur lelap. Ia dituduh terkait dengan kelompok Usamah bin Ladin. Dasar penangkapannya karena ditemukan semacam jimat yang biasa dijadikan kalung. 

Jimat itu berbahasa Arab. Namun karena jimat itu ada memiliki tulisan menyerupai angka 9 dan 11 maka ditahanlah Sarmad tanpa melalui proses peradilan.

Sebaliknya, Mansoor juga harus menjalani pengasingan diri ke sebuah perkampungan tandus. Ia mengikuti titah sang guru dan pamannya untuk menikahi Mary. Mary sendiri sebenarnya telah memiliki pilihan hati saat tinggal di Inggris. Lelaki itu bernama Dave.

Pernikahan dilakukan secara paksa. Di tempat tandus itu, Mansoor juga berlatih perang. Pascaledakan WTC, ia 'terjebak' pada jihad dalam perang saudara. Ia tak setuju untuk membunuh. Tetapi ia terpaksa membunuh ketika nyawanya terancam. Namun ia menjadi galau karena pria yang dibunuhnya sebelum menghembuskan napas juga melafalkan dua kalimat syahadat.

Persoalan kian pelik. Terutama setelah Mary berhasil dibebaskan dari tempat pengasingannya yang tandus. Proses peradilan berjalan. Di sinilah dialog-dialog bernas terlahir. Sekaligus juga dalam persidangan ini dijabarkan bagaimana Islam memandang jihad, musik maupun gaya berpakaian yang disampaikan lewat sosok kiai Maulana Wali. 

Di penghujung kisah, Shoaib ternyata cukup cerdas melemparkan otokritiknya dalam melihat pergulatan pemikiran yang sampai kini masih mengungkung umat muslim dunia. Ia menghadirkan Mansoor dengan berpakaian kasual. Saat ia melafazkan azan, kiai Maulana Tahiri menyuruh anak didiknya untuk mengambil mikropon. Dua pemuda muslim sama-sama melafazkan azan. 

Namun lantunan yang sejatinya terasa merdu justru melahirkan alunan yang telah membuat burung-burung menjauhi masjid. Ah, sebuah metafora yang cukup apik dalam memotret persoalan Islam masa kini. n mohammad akbar

Selasa, 12 Oktober 2010

Damien Dematra: Saya Terjebak Sebagai Aktifis


Ada panggung kehidupan baru yang kini tengah ditatih oleh Damien Dematra. Namanya meroket sebagai penggagas dan koordinator nasional Gerakan Peduli Pluralisme (GPP). Persoalan pelik yang menyangkut agama, seperti di Ciketing, Bekasi, lalu secara tak langsung telah mengerek pamornya lebih tinggi dibandingkan sebagai seorang novelis, pembuat film, pelukis bahkan fotografer sekalipun. 


Tapi tahukah kita semua, ternyata pria kelahiran Manado ini menyimpan beragam rasa gundah gulana dalam menjalankan panggung kehidupannya yang baru ini.


Di tengah kesibukannya yang baru saja merilis novel Obama & Me, Demien berusaha meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang dengan wartawan Republika, Mohammad Akbar, yang menyambanginya di suatu petang, di sebuah mall di kawasan Pluit, Jakarta. Berikut ini petikan wawancaranya.



Sejauh ini Anda sudah bergelut di banyak bidang, profesi mana yang sebenarnya Anda gemari; novelis, filmmaker, pelukis atau aktifis?
Buat saya semua itu tidak penting apa nama profesi atau istilah itu semua.  Lebih terpenting adalah apa yang bisa saya lakukan itu harus dilakukan dari hati. Kalau bisa bermanfaat buat kemanusian dan hati saya tersentuh, apapun itu, walaupun itu bidang yg berbahaya seperti dunia aktifis sekarang, saya akan menjalankannya.


Tentang dunia aktifis, apa yang memotivasi Anda untuk terlibat di dalamnya?
Dunia aktifis ini adalah sesuatu yang sangat baru buat saya. Bagi saya ini adalah sebuah keterjebakan. Ya, saya memang telah terjebak ke dalam situasi yang tidak saya kenali, yang saya tidak tahu tapi saya telah bermain dengan lingkungannya.


Apa yang Anda lakukan?
Saya melakukannya melalui GPP. Sejauh ini ada tiga hal yang sedang diolah oleh GPP. Diawali dari rencana hari pembakaran Al-Quran pada 4 Agustus, kemudian berlanjut kasus HKBP dan sekarang kita sedang coba olah kasus Ahmadiyah


Adakah resiko di dalamnya?
Terus terang ketiga kasus ini melibatkan banyak pihak-pihak. Terutama dalam kasus HKBP. Di sini saya benar-benar memperoleh banyak ancaman, tekanan, pressure, terutama yang berasal dari kalangan-kalangan yang seharusnya bisa menjadi tempat di mana saya harusnya diayomi.


Orang-orang yang justru mempromosikan selama ini konsisten memperjuangkan perbedaan bahwa kita harus berdampingan dalam perbedaan itu, tetapi kok tiba-tiba sebagian -- bukan semua hanya sebagian tetapi yang sebagian ini begitu dominan dan sungguh mengejutkan karena mereka bisa menguasai media (untuk kalimat ini ditegaskan oleh Demian dengan intonasi suara yang tegas,red) -- orang-orang ini kok tiba-tiba melakukan ancaman langsung seperti sms.


Sempat frustrasi atau ingin mundur?
Sekali lagi ini memang sangat mengejutkan. Bahkan saya sempat berpikir untuk berhenti dari dunia aktifis. Karena saya sendiri selama ini tak pernah berpikir bahwa saya ini adalah seorang aktfifis. Saya hanyalah orang yang melihat secara tiba-tiba saja ada sesuatu yang berada di depan dan itu kita harus peduli, bukan mau peduli.


Anda sempat menyebut terjebak, maksudnya?
Keterlibatan saya dalam GPP ini juga sebagai keterjebakan. Karena ketika itu awalnya saya hanya diminta untuk mengelar jumpa pers saja untuk acara deklarasi pluralisme. Tapi tiba-tiba di sana yang hadir ada Eggi Sudjana, Gus Nuril, mereka mengklaim saya ini memiliki akses ke Amerika karena kemarin saya membuat buku tentang Obama, dan itu juga disambung oleh Pong Harjatmo.


Tapi kemudian saya berpikir, kenapa tidak? Toh, kebetulan saya memang kenal dengan orang yg ada di kedutaan Amerika. Jadi saya kontak mereka untuk minta dialog dan kami saat itu terus melakukan dialog-dialog itu hingga sampai akhirnya kita berhasil (mewujudkan GPP). Tapi saya mengira semua itu adalah keterjebakan.


Lainnya?
Keterjebakan lainnya juga pada saat HKBP (Ciketing, Bekasi). Awalnya saya tidak pernah menawarkan diri untuk membantu. Tapi OK-lah karena kita sudah mempunyai jam terbang dan kita sudah sedikit mengetahui petanya, lalu kita mencobanya.


Soal HKBP, bagaimana Anda terlibat di dalamnya?
Awalnya saya ditelpon sama orang PGI yang meminta tolong untuk mengatur press conference. Telpon itu Minggu malam sedangkan kejadiannya pada Minggu pagi. Pada saat itu ada yang bertanya, apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh GPP, maka saat itulah kita sempat terpikir untuk membuat tim investigasi.


Nah ketika kita membuat tim investigasi itu maka kita harus berdiri di tengah, kita harus menjadi orang yang mencari fakta bukan orang men-create fakta. Ibaratnya kita seperti wasit, kita harus bisa melihat di mana duduk permasalahannya, siapa yg salah atau siapa yang benar, kita juga harus bisa beri kesempatan kepada semua pihak untuk mendapat bicara yg sama. Tapi di sinilah muncul tantangan yang sangat berat dan saya mendapat tantangan yang sangat dahsyat.

Adakah karena pernyataan Anda di media yang sempat menyebut jika Anda sudah mengetahui para pelaku? 
Oh jauh sebelum itu. Dalam jumpa pers saya juga mendengar bahwa ada tuduhan yg menyebut kalau FPI terlibat. Nah saya kan sudah punya akses langsung nih ke FPI, karena pada waktu pembakaran Al Quran kita sudah prnah bekerja sama. Lalu saya telponlah, apakah benar FPI terlibat? Loh mereka mengaku malah belum tahu. Tetapi sekali lagi tantangan itu kembali datang karena ada pihak-pihak yang sempat tidak senang dan tidak suka kalau kaum pluralis itu duduk bareng dengan FPI pada. 

Dalam kasus HKBP di Ciketing itu sebenarnya permasalahan yang terjadi seperti apa?
Dalam kasus HKBP ini saya hanya mau menyimpulkan satu kata saja, yakni budaya. Sekali lagi ini bukan persoalan agama.


Maksudnya?
Ketika kita hampir 100 persen merampungkan investigasi, kita menemukan sebuah fakta ternyata bukannya orang Bekasi itu tidak suka dengan keberadaan gereja. Karena di sana juga ada gereja, termasuk HKBP yang berjark dalam radius 1-2 km. Masalah ini muncul justru dari sikap yang dikomplain oleh orang-orang (Bekasi) di situ. Contohnya saja mereka suka membakar babi dan anjing. Sementara di sana lingkungan NU sehingga terlihat sekali kalau mereka (orang-orang HKBP) itu tidak toleran.


Selain itu juga dari cara bicaranya yang berbeda. Jadi sekali lagi sebenarnya ini hanyalah masalah perbedaan budaya saja. Toh, mereka (orang-orang jemaat HKBP) itu sudah berada di sana sudah lama. Jadi sebenarnya masalah ini hanyalah letupan-letupan kecil tetapi malah kemudian menjadi letupan besar. Dan itu terakumulasi besar ketika pada natal 2009.


Ada apa dengan tahun 2009 itu?
Pada saat itu masyarakat sudah semakin tidak nyaman dengan beberapa aktifitas yang semakin besar dari orang HKBP. Maklum saja sebelumnya kan jumlahnya tidak terlalu besar seperti sekarang.


Pendekatan penyelesaian di Ciketing itu apakah ini bisa menjadi miniatur dalam menyelesaikan masalah kebangsaan lainnya?
Seharusnya. Bahwa masalah yg ada di negeri ini kalau kita mau melihat dari perspektif kebudayaan dan kemanusian, saya melihat harusnya kita bisa meng-handle masalah-masalah ini dengan pendekatan kebudayaan. Karena kalau kita sudah masuk dalam ranah politik, agama, atau ranah-ranah kelompok maka sudut pandang yang berbicara adalah kepentingan.
Sedangkan kalau kita membicarakan kepentingan untuk kemanusiaan maka cara berpikirnya adalah solutif, bukan mencari siapa yang menang. (Karena dengan pendekatan kebudayaan itu) semua harus bisa menang, semua harus punya ruang, semua harus punya tempat.


Dalam kasus HKBP di Ciketing itu Anda melihat ada kepentingan besar yang 'bermain'?
Oh iya. Terutama setelah kemudian berkembang kemana-mana maka pada saat itu arahnya sudah berkembang ke arah sana. Ada pemain-pemain yang secara sengaja mengeksploitasi potensi konflik ini untuk sedemikian rupa melakukan pressure dan diekspose sehingga menimbulkan gejolak yang kemudian bisa digunakan untuk menjalankan kepentingan mereka.


Terus terang, hal semacam ini bukan hanya kasus ini saja. Kita juga sempat berbicara dengan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Mereka bilang bagaimana mungkin masalah seperti ini bisa besar karena kita juga punya masalah semacam ini ternyata bisa selesai hanya dalam tingkat kecamatan saja. Tapi kenapa tiba-tiba masalah ini bisa menjadi besar. Padahal konteks masjid atau gereja yang ngak bisa dibangun juga begitu banyak masalahnya di Indonesia.


Tadi Anda sempat menyinggung tantangan dari pihak-pihak 'teman', sebenarnya seperti apa nilai pluralisme yang Anda ketahui itu?
Saya memang sempat dikatain (cemooh,red) sama beberapa orang bahwa saya tidak mengerti arti kata dari pluralisme. Karena memang selama ini saya hanya mengerti pluralisme itu hanya dari dua guru saya tadi, yakni Gus Dur dan Syafii Ma'arif. Dan yang saya ketahui makna dari pluralisme itu kan sebenarnya adalah falsafah bangsa kita sendiri, yakni Bhineka Tunggal Ika. Di mana di dalamnya harus bisa menghargai perbedaan.  


Nah sampai di sini saya ngak mengetahui apakah pluralisme yang saya ketahui itu berbeda dengan pluralisme yang lain yng saya tidak ketahui. Dan saya juga tidak dalam berada pada posisi yang berhak seperti hakim untuk menentukan atau menjudge teman-teman lain itu yang mungkin memiliki pemahaman yang berbeda. Tapi yang jelas, jangan sampai pluralisme itu menjadi isme. Karena kalau pluralisme itu menjadi isme maka tamatlah pluralisme itu.


Apakah isme-isme itu sudah mengjangkiti para aktifis pluralisme sekarang?
Wah saya tidak tahu. Yang pasti orang boleh menginterprestasikan itu sendiri. Akan tetapi saya sudah bilang bahwa kehadiran GPP itu bukan untuk menjadikan pluralisme itu sebagai isme. Karena kalau sudah menjadi isme maka orang cenderung akan menjadi eksklusif sehingga akan membuatnya menjadi funadamentalis. Jika itu terjadi maka tentunya akan sangat kontraproduktif.


Kasus seperti ini masih akan sangat banyak terjadi dikemudian hari, apakah perlu ada revisi PBM/SKB dua menteri atau justru ditingkatkan sebagai UU?
Saya tidak mau bermain di sana, apakah itu perlu dibuat UU atau tidak. Karena bagi saya masalah yang sebenarnya bukan di situ. Tapi masalah yang lebih besar itu adalah masalah implementasi. Karena implementasinya akan sulit dilakukan kalau kondisi sosial masayarakat dan budaya setempat tidak mendukungnya. Nah kalau sudah demikian, mau diimplementasikan di mana nantinya? Mau by force? Wah apakah memangnya semua masalah itu bisa diselesaikan dengan cara kekuatan-kekuatan aparat atau lainnya. Karena aparat pun punya keterbatasan.


Tapi yang justru kita takutkan, kalau ada pihak-pihak yang bermain di tengah-tengah ini. Nah inilah yang kita butuhkan adanya UU semacam ini, apakah itu pbm atau apapun. Orang yang bermain mempergunakan isu-isu agama, kepentingan politik, itu yang berbahaya. Karena kita semua tahu, di Indonesia itu kalau orang mengangkat masalah agama untuk kepentingan politik, itu biayanya murah, cuma butuh 2-3 galon bensin saja, modalnya ngak banyak. jadi jangan lagi deh tolong dihentikan lagi cara-cara semacam ini.


Soal Ahmadiyah, bagaimana keterlibatan GPP?
Dalam kasus Ahmadiyah, kita melihat harusnya ditemukan cara win-win solution untuk semua orang. Di sana ada hak atas kemanusian dan juga ada kewajiban manusia. Nah ini harus bisa dikombinasikan.


Win-win solution itu seperti apa?
Begini, win-win solution-nya, untuk umat Islam kita harus buat nyaman, begitu juga untuk Ahmadiyah. Apa salahnya sih kalau Ahmadiyah itu menjadi agama sendiri. Di sini kita tidak berpikir siapa yang benar, siapa yang salah. Dan dalam kasus Ahmadiyah ini juga tidak ada berkaitan dengan isu kebebasan beragama.


Kemarin kita sudah bertemu di PB NU, semuanya sudah semakin mengkristal. Dalam hal ini kita juga tidak bisa memaksakan Ahmadiyah itu kembali ke Islam, loh kalau mereka tidak mau bagaimana? Jadi mereka harusnya juga dikasih ruang. Mau kembali ke Islam silahkan tapi kalau menjalankan kepercayaannya juga silahkan. Di sini pemerintah harusnya bisa melindunginya.


Seberapa besar aktifis Anda di GPP ini menguras energi dalam 24 jam sehari?
Dari kasus 4 agustus, rencana pembakaran al quran itu, hingga sekarang Ahmadiyah, terus terang sudah menyedot sampai 90 persen dari total kehidupan saya. Bahkan ada beberapa film yang harus saya lewati.


Tentang film Obama Anak Menteng, kabarnya mau dibawa ke Amerika. Bisa Anda ceritakan sedikit?
Pada 3-10 november nanti film tersebut (Obama Anak Menteng) akan berada di Amerika Serikat. Nantinya akan ada special screening untuk para distributor dari seluruh dunia. Rencananya akan digelar di Kalifornia dan Hollywood. Kami berharap setelah itu filmnya bisa juga diputar di Amerika.


Bagaimana dengan Obama, sudah menontonnya?
Berdasarkan informasi yang saya dapat dari orang kedutaan (Amerika), Obama akan datang pada awal November. Jadi kemungkinan besar beliau datang maka filmnya akan diputar juga di sini.


Oh ya, Anda kabarnya juga akan merilis novel tentang Kartosoewirjo, kapan?
Novel itu sudah berada di meja redaksi Gramedia sejak bulan mei. Tapi sampai sekarang masih belum keluar juga. Saya dengar informasi lauch-nya akan dilakukan pada bulan November nanti. Buat saya novel itu sangat kontroversial karena novel itu bercerita sejarah dan mengangkat dua sisi, apakah Kartosoewiryo itu teroris atau pahlawan.


Ngomong-ngomong ketika kecil dulu, pernahkah memimpikan semua pencapaian yang telah didapat sekarang ini?
Sama sekali tidak. Saya dulu pernah bercita-cita menjadi pilot tapi tak bisa lolos. Kemudian saya sempat terpikir untuk menjadi lawyer. Tapi setelah berpikir-pikir ternyata saingannya banyak karena temen-teman dari Medan lebih jago. Jadi akhirnya saya memilih menjadi seorang fotografer. Sayangnya saya tidak bisa di dunia itu terlalu lama karena masuknya dunia dgital. Setelah saya terpilih sebagaui fotografer terbaik dunia dua kali, buat saya sudah sama sekali tidak menarik lagi buat saya dan hingga akhirnya saya mencoba melakukan eksplorasi kepada hal-hal lain.

Rabu, 06 Oktober 2010

Gugun Blues Shelter, Yang (Terlanjur) Besar di Luar



Di Indonesia, boleh jadi tak begitu banyak yang mengenal nama grup band Gugun Blues Shelter. Tapi, bukan berarti grup yang dihuni Gugun (vokal, gitar), Jono (bass), dan Bowie (drums) ini masih miskin prestasi.
Sebagai band pengusung musik blues, Gugun Blues Shelter justru lebih dikenal luas di Eropa, khususnya Inggris. Entah berapa kali festival blues 4 dan rock yang ada negeri Ratu Elizabeth itu telah mereka hadiri.
Kini, pada gelaran Gudang Garam InterMusic Java Rockinland 2010, Gugun Blues Shelter didaulat telah memperlihatkan kemampuan. Mereka mengawali penampilannya di ajang pre-event yang digelar di lapangan parkir Basuki Rahmat, Surabaya, Sabtu (2/10) lalu. "Ini penampilan pertama kami di ajang ini. Kami sungguh senang bisa tampil. Semoga saja ajang semacam ini bisa kembali membesarkan musik mck dan blues," kata Gugun sebelum naik panggung.
Tentang popularitas yang jauh lebih mentereng di negeri orang, Gugun mengatakan, selain musik yang mereka usung, juga barangkali berhubungan dengan salah satu personel yang berasal dari Inggris. "Yang pasti, di luar sana,musik-musik seperti yang kami mainkan ini lebih banyak mendapat apresiasi dibandingkan di sini," kata Gugun.
Tahukah Anda, siapa nama personel Gugun yang berasal dari Inggris itu. Sorry Bro, namanya Jono. Dia adalah pembetot bass yang telah mengawali persahabatan dengan Gugun sejak 2004. Keduanya sempat memberi nama grup band itu Gugun the BluesBugs. Namun, nama tersebut terpaksa diubah ketika hendak menggelar konser di Inggris. "Agen kami meminta kami berganti nama. Nama band yang kami pilih sudah ada yang punya," kata Gugun.
Dengan lebih banyak manggung di luar negeri, grup band itu tentu saja jadi lebih banyak membuat lirik-lirik lagu dalam bahasa Inggris. "Jika dibandingkan, 80 persen di arttara lagu kami berbahasa Inggris," kata Jono yang uniknya tak bernama Joni ini.
Umumnya lirik-lirik lagu yang mereka pilih adalah tema-tema yang berisi kritik sosial. Bahkan, di album keempat yang dirilis pada tahun ini, Gugun Blues Shelter membuat semua liriknya dalam bahasa Inggris.
Tentang pilihan tema lirik pun lebih banyak memotret persoalan sosial dan perdamaian yang ada di Indonesia. Dengarlah lagu On The Run. Lagu yang ditulis Gugun dan Jono pada 2004 ituterinspirasi peristiwa ledakan bom yang terjadi di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Sedangkan, pada lagu Fight for Freedom, mereka bercerita tentang perjuangan menyuburkan demok rasi di negara yang baru bertumbuh.
Jono menjelaskan, musik mereka di album terakhir itu begitu eksploratif. "Kami coba mencampurnya dengan sedikit sentuhan punk, meski domain utamanya adalah musik blues dan rock," ujarnya.
Sementara itu, dengan popularitas mereka di huar, pada September lalu, grup itu menjadi salah satu wakil dari Indonesia yang tampil di sebuah festival blues internasional di Shanghai, Cina.
"Pada saat itu, kami menjadi salah satu wakil Asia dari 192 negara yang tampil di festival itu. Terus terang, hal itu menjadi sebuah kebanggaan sendiri buat kami," ujar Gugun.
Pada Januari lalu, Gugun cs juga sempat menjadi salah satu penampil di ajang Skegness Festival. Festival tersebut merupakan salah satu gelaran musik blues rock terbesar di Inggris.
Untuk 2011, sejumlah agenda untuk .memeriahkan festival di Eropa telah menunggu. "Beberapa jadwal main di luar sudah ada. Agensi kami sudah menjadwalkan untuk tampil di beberapa negara Eropa," ujar Gugun.

Reach for the Skies,Teriakan Churchill di Tangga Lagu



Pemimpin perang Winston Churchill menjadi perdana menteri Inggris pertama yang berhasil masuk ke dalam daftar lagu pop di negaranya. Perdana menteri berjuluk Winnie, dengan mulut tak pernah lepas cerutu, itu tidak bernyanyi, ia berteriak. 

Yang diteriakkannya itu pidatonya yang legendaris pada Perang Inggris Raya (The  Battle of Britain). Teriakannya itu telah disulap menjadi rangkaian harmoni oleh sebuah grup band, Central Band dari Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force atau RAF). Atas prakarsa grup band tersebut, pidato-pidato yang telah memberi semangat bangsa Inggris untuk rela mengorbankan jiwa demi berperang melawan Jerman itu dikemas ke dalam sebuah album,  'Reach for the Skies'.

Mengutip laporan Reuters, album itu berhasil meraih posisi keempat pada pekan perdananya dirilis, setingkat di bawah Phil Collins ('Going Back'). Album milik Central Band itu bahkan jauh lebih populer dibandingkan karya milik musisi asal Inggris, Eric Clapton, yang hanya bertengger di urutan ketujuh.  

Album 'Reach for the Skies'  hadir sebagai usaha mengenang 70 tahun perayaan Battle of Britain-sebuah kampanye udara yang sangat penting ketika Inggris berperang melawan serdadu Nazi Jerman pada rentang Agustus-September 1940. Selain itu, album itu juga dibuat untuk menandai momentum 90 tahun RAF yang menyimpan poin penting dalam sejarah Inggris. 

"Ini sungguh luar biasa. Sedemikian panjang daftar bintang-bintang Official Chart yang ada. Ada Elvis, Madonna, Cliff (Richard), dan the Beatles. Kini, kami mendapatkan tambahan lagi dengan hadirnya Winston Churchill," kata Martin Talbot, direktur manajemen dari Official Charts Company. 

Kegembiraan Talbot sungguh beralasan. Ia wajar bangga karena album ini sejatinya hadir untuk mengenang jasa-jasa prajurit Inggris yang gagah berani menjalani perang Britania. "Album ini juga didedikasikan guna mengenang pengorbanan yang luar biasa dari para prajurit kami. Ternyata, masyarakat Inggris telah membeli album RAF ini dalam jumlah besar," ujar Talbot, gembira. 

Dalam wawancara dengan Telegraph bulan lalu,  general manager Decca-perusahaan rekaman yang merilis 'Reach for the Skies' --secara khusus mencomot pidato mantan perdana menteri Inggris tersebut. "Dengan sedikit bantuan dari Winston Churchill sendiri, kami telah memproduksi sebuah album yang telah membuat kami semua bangga," kata Mark Wilkinson. 

Album itu digarap komposer dan konduktor asal Inggris Ron Goodwin. Di dalamnya melibatkan para prajurit dan musisi yang berasal dari skuadron 633 untuk membawakan mars 'Battle of Britain'. Goodwin mengemasnya dalam sebuah karya orkestrasi. Para pemain yang terlibat pada band itu lahir jauh setelah perang monumental itu berlangsung. 

Namun, bukan berarti para musisi yang terlibat di dalamnya menjadi kehilangan makna dalam membawakannya. Satu di antaranya peniup terompet asal Prancis, Ellen Driscoll. Ia mengaku mempelajari kenangan 'Battle of Britain' dari neneknya yang menjadi salah satu anggota Biggin Hill yang menjadi salah satu satuan pada perang 1940 itu. "Perang Dunia Kedua ini telah memberikan banyak hal yang begitu dramatis serta luar biasa," kata Driscoll. "Anda telah tumbuh mempelajari mengenai apa yang pernah terjadi itu dan bagaimana segalanya seperti suara dari Spitfires yang begitu menggugah. Semua itu telah memberikan resonansi yang begitu kuat kepada saya dan pemain lainnya di dalam band ini."
 
Sedangkan salah satu penulis lagu Central Band, Rob Jordan, mengaku album itu secara istimewa dihadirkan untuk memberikan kesan khusus guna mengenang jasa-jasa para prajurit Inggris yang pernah berperang pada pertempuran itu. "Kami memang menginginkan album ini bisa menjadi lebih up to date dan memikat para pendengar baru," kata dia. "Lagu yang ada di album ini juga merefleksikan cinta yang diberikan keluarga dan sahabat para tentara yang tengah berjuang itu."

Jumat, 17 September 2010

Alamak, Bintang Juga Suka Makan Bintang loh...

Prens, pernah dengan istilah jeruk makan jeruk kan? Nah kalau yang ini ada lagi istilah yang lebih keren bow...Bintang makan bintang! Benerah loh! Ini bukan hanya sekedar istilah, layaknya jeruk makan jeruk!  Mau tahu lengkapnya? Begini ceritanya.








Tahu, Badan Antariksa Amerika Serikat atau bekennya disebut NASA? Nah, lembaga ini mengklaim telah menemukan bintang "kanibal". Kanibal? Yoi pren, seperti yang tadi disebut di awal. Bintang ini memang suka memakan bintang-bintang yang ada di dekatnya. Warnanya merah. Ukurannya raksasa. Usianya udah miliaran tahun. Oleh orang-orang NASA bintang ini disebut BP Piscium


Bintang ini diperkirakan suka menelan bintang muda. BP Piscium terletak Matahari 1.000 tahun cahaya di konstelasi Pisces (penjelasannya kayaknya gimane sih? Sori bro gw juga bingung neh!) NASA menemukannya dengan bantuan observatorium sinar-X Chandra. (Nah kalau yang ini gw agak sedikit paham kira-kira kayak observatorium Boscha yang ada di Lembang, Bandung kalee!)

Para ilmuwan mulai mempelajari bintang ini sejak 15 tahun yang lalu. Mereka takjub, juga heran dengan penampilan bintang yang tidak biasa. Astronom terkemuka percaya bahwa bintang ini adalah raksasa merah, bintang yang mengalami evolusi tahap akhir. Mereka menyimpulkan bahwa debu dari materi terbentuk dari sisa-sisa bintang muda yang telah dikonsumsi dan "dicerna".

Profesor Joel Kastner dari Institut Teknologi Rochester, New York, mengatakan para peneliti telah menemukan kasus langka dari "kanibalisme bintang". "Dasar spekulasi kami setelah mengamati bintang tepat pada titik di mana dia menelan pendampingnya dan membentuk cakram," kata Kastner.

Para ilmuwan percaya bahwa Bumi suatu hari nanti bisa menjadi korban nasib yang sama tetangga malang BP Piscium. David Rodriguez dari University of California, Los Angeles, mengatakan Bintang ini menunjukkan kepada kita bahwa bintang seperti matahari kita bisa hidup tenang selama miliaran tahun, tetapi ketika mereka pergi, mereka bisa mengambil bintang atau planet. 



Hm....


Naskah aslinya klik di sini