''Semua yang kini kami dapatkan sudah seperti mimpi yang menjadi nyata,'' sepenggal kalimat itu terluncur dari mulut Rinto. Rinto seperti ingin mewakili bagaimana perasaan rekan-rekannya yang tergabung di dalam grup band The Lonelly Bull'z.
Apa yang membuat hatinya berbunga-bunga? Ah, ternyata impian lima remaja asal Surabaya untuk menembus dapur rekaman telah terbuka jalannya usai memenangkan kontes band pencarian berbakat bernama Wanted. Ajang ini sebelumnya telah menelurkan d'Masiv, Geisha, dan juga Supernova yang kini tengah merajai industri musik negeri ini.
TLB, begitu para personel grup band ini menyingkat nama dirinya, memang patut berbunga hati. Jalannnya untuk menjadi juara Wanted juga sedikit berliku. Bahkan, ketika juri seleksi tahap awal ingin menilai, grup yang beranggotakan Meta (vokal), Voe (gitar), Doddy (keyboard), Bembi (bass) dan Rinto (drum), nyaris saja tersisih namanya dari kontes ini.
''Waktu itu CD yang kami kirimkan ke juri seleksi ternyata tidak bisa dibaca. Tapi kami sungguh beruntung, ternyata usaha kita mengirimkan CD ke perusahaan-perusahaan rekaman di Jakarta sebelum acara Wanted telah menyelamatkan kami,'' kenang Voe ketika bersilahturahim ke redaksi Republika, Kamis (27/1).
Cerita Voe tadi merujuk pada perjalanan mereka untuk menembus industri rekaman ke Jakarta. Tiga minggu sebelum dibuka ajang Wanted 2010, para personel TLB ini sempat mengais harapan. Kepingan cakram yang berisi enam lagu berbentuk demo disodorkan ke beberapa perusahaan rekaman. ''Ternyata salah satu juri yang turut menjadi anggota juri tahap awal Wanted, masih ada yang menyimpan CD kami. Akhirnya CD itulah yang kemudian menolong kami dari ancaman diskualifikasi.''
Kini, setelah mimpi itu mulai tercapai, sebuah babakan awal sebenarnya baru mulai dirintis. Jalan menjadi pesohor sudah berada di depan mata. Namun berusaha keras tentu masih harus tetap dilakoni.
Sebagai wujud ikhtiar, TLB memilih singel Tak Marah sebagai pembuka jalan untuk bisa menjadi lebih besar. Lagu ini menjadi salah satu singel dari album kompilasi Wanted 2010. Singel berbalut aransemen pop ini merupakan buah karya dari Meta. Ia adalah satu-satunya personel perempuan tapi mampu menjadi lumbung kreasi dalam membuat lagu buat TLB. ''Ha..ha..ha...pengalaman pribadi,'' kata Meta melepaskan senyumannya.
Sementara itu Noey Java Jive, produser yang turut membidani album kompilasi Wanted 2010, menilai materi yang dimiliki TLB memiliki kekuatan untuk dapat bersaing di industri musik nasional.
''Memang masih ada beberapa hal yang perlu perbaikan, tetapi saya melihat penampilan mereka di atas panggung menjadi salah satu yang paling menonjol dari mereka. Ini bisa menjadi faktor untuk bisa lebih dikenal lagi,'' kata Noey dalam perbincangan lewat saluran telpon kepada Republika.
Pujian yang disampaikan oleh Noey ternyata juga menjadi pengakuan dari para personel TLB. ''Untuk penampilan di panggung kami berupaya memberikan sesuatu yang berbeda. Untuk konsepnya kami menyesuaikan dengan setiap lagu yang mau kami bawakan,'' kata Voe menjelaskan.
Meski lagu Tak Marah ini terasa agak pop mellow, namun grup ini secara alaminya mengusung musik beraliran pop-rock. Khusus genre rock, seperti diakui Dodi, tetap dipilih untuk menjaga identitas grup band Surabaya yang dikenal sebagai gudangnya musisi rock Tanah Air. ''Kami tetap tidak mau menghilangkan identitas Surabaya. Meski kami bermain di jalur industri pop, namun warna rock masih tetap kami jaga. Kami memberi nama genre yang kami mainkan adalah rock elektro,'' kata Dodi menjelaskan.
Namun apapun pilihan genre yang dibawa, kehadiran TLB ini juga membawa sebuah asa kedaerahan. ''Kami juga ingin membawa lagi nama Surabaya bisa dikenal di industri ini. Dulu Surabaya banyak sekali melahirkan musisi. Dan kini kami berharap bisa mencatatkan nama kami di tengah industri musik ini,'' kata Meta turut menimpali.